TravelEatpedia.com. Industri coklat Indonesia kembali diramaikan oleh kehadiran Parrot, brand coklat yang sudah berdiri sejak 1995 dan kini dikenal sebagai salah satu pemain besar di pasar nasional. Dalam sebuah pameran kuliner yang berlangsung meriah, Parrot tidak hanya menampilkan rangkaian produk premium mereka, tetapi juga memberikan edukasi teknis mengenai pengolahan coklat yang benar, sebuah nilai tambah yang membuat booth mereka menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi.
Salah satu sesi yang paling ditunggu adalah demo baking bersama Chef Herald Datung Banua Dalope, Technical Chef Parrot. Di sini, Chef Herald menjelaskan bahwa banyak kegagalan dalam mengolah coklat terjadi bukan karena produk yang digunakan, tetapi karena teknik dasar yang kurang tepat.
“Mencairkan coklat itu kuncinya cuma satu: wadah harus bersih dan jangan sampai kena uap air. Kalau kena uap sedikit saja, coklat langsung susah dilelehkan,” ujarnya sembari menunjukkan teknik peletakan wadah double boiler dengan benar
Baca juga: Rayakan Momen Natal Dan Tahun Baru 2026 Dengan Promo Menarik Dari Jayakarta Hotels & Resorts
Chef Herald juga mengungkapkan bahwa suhu pemanasan sangat menentukan hasil akhir. Jika coklat dipanaskan melebihi 50 derajat, ia akan rusak dan kehilangan kilau yang seharusnya muncul secara natural. Tak hanya itu, ia menegaskan bahwa penyimpanan coklat pun tidak boleh sembarangan. Banyak orang menyimpan coklat di kulkas, padahal embun dari kulkas dapat merusak tekstur dan membuatnya sulit dicairkan kembali. Ia pun menyarankan menggunakan Parrot Gold compound, karena karakter pahitnya yang seimbang dan lebih mendekati coklat real yang digunakan para profesional.
Sementara itu, dari sisi bisnis, Parrot membawa kabar yang tak kalah menarik. Steven Halim, General Manager PT Multi Aneka Pangan Nusantara, menjelaskan bahwa Parrot kini menjadi umbrella brand bagi seluruh lini produk coklat perusahaan tersebut.
“Parrot ini premium brand kami yang sudah berjalan 30 tahun. Distribusinya sudah sampai di 38 provinsi dan bahkan menembus pasar internasional,” kata Steven saat ditemui di sela pameran Parrot.
Baca juga: Kejutan Seram Food Monster Dinner Bersama Mulyana di Mangkuluhur Artotel Suites
Parrot memiliki ragam produk yang cukup luas: dari coklat compound, meses, glaze, peeling powder, premix minuman, hingga varian crunchy. Tahun ini, mereka memperkenalkan produk terbaru berupa coklat chips, yang diperlihatkan secara eksklusif di pameran dan langsung menarik perhatian pelaku UMKM serta pebisnis bakery.
Steven juga menekankan bahwa kekuatan Parrot bukan hanya pada kualitas produk, tetapi juga pelayanan dan kedekatan dengan pengguna. Tim Parrot rutin mengadakan 10–15 baking demo setiap bulan di berbagai kota sebagai bentuk pembinaan UMKM. Banyak dari UMKM tersebut kemudian datang langsung ke pameran untuk melihat perkembangan terbaru dan aplikasi produk Parrot secara nyata.
Baca juga: Hotelier Run #3 Wujud Komitmen Sehat Kimaya Yogya
Aktivitas booth Parrot pun dibuat interaktif. Setiap pembelian tertentu, pengunjung dapat membawa pulang gelato atau cake yang dibuat menggunakan produk Parrot. Menariknya, cake tersebut bukan dibuat oleh Parrot sendiri, melainkan oleh UMKM binaan yang selama ini menggunakan produk mereka, sebuah langkah win-win yang memperkuat ekosistem bisnis keduanya.
Dengan kombinasi inovasi produk, edukasi teknik, perluasan pasar, hingga pendekatan langsung ke UMKM, Parrot terus memperkuat posisinya sebagai brand coklat terpercaya di industri kuliner Indonesia. Pameran ini menjadi bukti bahwa Parrot bukan hanya menjual coklat, tetapi juga membangun komunitas, menggerakkan UMKM, dan membawa edukasi yang jarang diberikan oleh kompetitor.

